SURAT KEPUTUSAN

SURAT KEPUTUSAN
SK DARI MENTERI PERTAHANAN DAN KEAMANAN RI

Kamis, 17 Februari 2011

BENGKAYANG. Pawai Cap Go Meh 2562 tahun 2011 yang jatuh pada tanggal 17 Februari 2011 pada hari Kamis berjalan aman dan sukses. Kegiatan ini dilakukan bukan untuk menunjukkan kekuatan, tetapi untuk masyarakat Bumi Sebalo tetap sehat dan sejahtera. Drs Kristianus Anyim MSi, Sekretaris Daerah Kabupaten Bengkayang mengataan, perayaan Cap Go Meh merupakan salah satu bentuk komunikasi masyarakat yang memang terdiri dari berbagai etnis, ada dayak, melayu, jawa, tionghoa dan suku lainnya. “Kedepan, dengan adanya kegiatan ini semakin mempererat rasa silahturami antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Karena ini merupakan kegiatan budaya dan setiap tahun dirayakan, kapasitas Pemda Bengkayang tetap mendukung kegiatan yang bersifat positif untuk menggali budaya yang ada di Bumi Sebalo,” jelas Anyim ditemui di Vihara Aria Marama Jalan Migang, Kamis (17/2). Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata Pemuda dan olahraga Dra Anastasia Maria mengungkapkan, dengan kegiatan ini diharapkan dapat menggairahkan dunia pariwisata di Bumi Sebalo. Dan para wisatawan baik local maupun mancanegara datang ke kabupaten ini. “Kami tetap medukung kegiatan positif masyarakat Kabupaten Bengkayang, bukan hanya perayaan Cap Go meh saja, tetapi acara kebudayaan lainnya yang ada di Bumi Sebalo. Ini membuktikan kabupaten kita yang multi etnis dan rasa toleransi yang tinggi walau berbeda suku tetapi tetap warga NKRI,” terang Istri Kristianus Anyim ini di temui di ViharaAria Marama, kemarin. Sementara itu, Tjhin Jean Kong Ketua Panitia Cap Go Meh 2562 tahun 2011 Kecamatan Bengkayang menjelaskan, kegiatan dimulai sejak pukul 07.00 dan pawainya jam 09.00 dan berakhir 11.46. semua undangan hadir baik itu dari Pemda Bengkayang, DPRD Bumi Sebalo, Kepolisian, TNI, tokoh agama, pemuda, adat dan masyarakat. “Sebanyak 32 tanduk barang dalam pawai Cap Go Meh tahun ini, dan 200 lebih tatung yang ikut meramaikannya. Sedangkan peserta pawai mencapai ribuan orang. Tahun ini masyarakat Bumi Sebalo sangat antusias menyaksikan pawai, tahun ini lebih ramai dari tahun sebelumnya,” ungkap Tjhin, kemarin. Tjhin menjelaskan, pawai Cap Go Meh merupakan event tahunan, tanpa diberitahu atau disebarluaskan kegiatan pawai masyarakat Bumi Sebalo sudah tahu. Peserta pawai berasal dari Kecamatan Bengkayang, Teriak, Sungai Betung, bahkan ada dari Jagoi Babang dan Kota Singkawang. Khusus peserta dari kota amoi, atas kesadaran sendiri dan ingin meramaikan kegiatan Cap Go Meh di Bumi Sebalo dan mereka membawa tatung sebanyak 13 orang. Kami sangat berterima kasih kepada Pemda Bengkayang, DPRD Bumi Sebalo, pihak keamanan dan seluruh unsure muspida karena telah menyukseskan kegiatan ini. Pawai bukan untuk menunjukkan kekuatan, tetapi untuk masyarakat Kabupaten Bengkayang tetap sehat dan sejahtera. “Diharapkan tahun mendatang, Pemda Bumi Sebalo dan masyarakat duduk satu meja untuk membahas kegiatan ini, minimal enam bulan sebelum kegiatan panitia sudah dibentuk,” harap bapak berkacamata putih dan bermata sipit ini. Memang sebelumnya kami berencana mendatangkan kesenian jawa yakni Reong Ponorogo, tetapi sanggarnya sedang memenuhi undangan di Singkawang untuk memeriahkan Cap Go Meh disana, apabila bukan hari Kamis (17/2) mereka ada waktu, kami hanya dapat menghadirkan kuda lumping kepada masyarakat Bumi Sebalo. Kapolres Bengkayang AKBP Mosyan Nimitch SIK melalui Kabag Ops Kompol Cepi Noval membeberkan, sebanyak 154 personil dikerahkan untuk mengamankan kegiatan ini. Dan melibatkan semua satuan yang ada di Polres Bumi Sebalo. “Setiap Malam sejak Imlek, dikerahkan sebanyak 43 personil untuk mengamankan kota Bengkayang sampai Rabu (23/2) mendatang. Selama berlangsungnya kegiatan, tidak ada gangguan keamanan dan laka lantas. Situasi dan kondusi keamanan Bumi Sebalo tetap kondusif,” tegas Cepi. Dari pantauan awak Koran ini dilapangan, pawai di mulai dari Jalan Jerendeng AR menuju Terminal Bengkayang, kemudian ke Jalan Susteran, belok kiri ke Jalan Parti, tembus ke Jalan Jerendeng AR, dan menuju ke Jalan Gereja Protestan, setelah itu belok kanan menuju Jalan Masjid Jami. Sesampainya di Jalan Masjid Jami, peserta pawai menuju Jalan Bambang Ismoyo. Kemudian ke Jalan Ngura, masuk ke Jalan Basuki Rachmad, lurus ke Jalan tabrani, belok kiri ke Jalan pasar tengah, tembus ke Jalan Ngura dan belok kanan ke Jalan Jerendeng dan kembali lagi masuk ke Jalan Tabrani dan finis di Vihara Aria Marama di Jalan Migang. Saat pawai, Sekda, Ketua DPRD, dan unsure muspida lainnya beserta tokoh agama, masyarakat dan pemuda ikut serta berjalan kaki sesuai rute yang telah ditentukan oleh panitia. Ini membuktikan, rasa toleransi sangat tinggi di Bumi Sebalo. (cah)

1 komentar:

  1. Waaaaaaaaaaah tepekong adalah tempat berkumpulnya para orang2 sinting dan gila loh.
    Klo tanggal 1/15 bawang merah haram karena vegetarian pantang daging. Ada sangkut pautnya daging dengan bawang merah.
    Mantap. Biasanya didunia nyata orang2 tepekong itu sinting gila dan setiap hari hidup penuh celaka loh.

    BalasHapus