SURAT KEPUTUSAN

SURAT KEPUTUSAN
SK DARI MENTERI PERTAHANAN DAN KEAMANAN RI

Sabtu, 27 November 2010

Mekanisme Konversi Mita Tak Jelas, Tolak Program LPG

BENGKAYANG. Program pemerintah pusat untuk melakukan konversi minyak tanah ke elpiji 3 kg mendapat perhatian serius para wakil rakyat yang duduk di DPRD Bengkayang. Legislator Dapil III, Mariadi mengingatkan, apabila mekanisme tidak jelas, tolak saja program ini. Mariadi SE MM, Anggota Komis C DPRD Bengkayang mengatakan, menyambut baik program pemerintah mengenai konversi minyak tanah ke elpiji 3 kg di Bumi Sebalo. Dengan Program Konversi Jilid II, dimana kabupaten kita mendapatkan jatah 49.000 paket tabung gas elpiji 3 kg. “Jangan sampai amanah yang diserahkan oleh pemerintah pusat ini sebagai musibah bagi warga yang menggunakannya. Apabila hal ini terjadi, tidak segan-segan akan kami perjuangkan untuk menolak program ini,” tegas legislator dari Dapil III ini diruang kerjanya, Selasa (23/11). Mariadi mejelaskan, selagi mekanismenya jelas dan bermaksud untuk membantu masyarakat tidak mampu dapat diterima oleh seluruh elemen warga Bengkayang. Ia tidak menginginkan kejadian yang terjadi di pulau Jawa, dimana sering terjadi tabung gas elpiji 3 kg meledak dan memakan korban jiwa terjadi di kabupaten ini. Ketua MABM Kabupaten Bengkayang ini berharap, program konversi tersebut betul-betul terlaksana dengan baik ke masyarakat. Jangan sampai setelah tabung elpiji 3 kg selesai di bagikan warga, terjadi gejolak dilapangan dengan minimnya persediaan minyak tanah di pasaran. Dan sosialisasikan hal ini ke setiap kampung, agar masyarakat mengerti. “Mayoritas masyarakat Kabupaten Bengkayang masih mengantungkan hidup mereka dengan minyak tanah. Terutama warga pedalaman dan pesisir. Terlebih pada malam hari, minyak tanah itu sangat vital keberadaannya di tengah masyarakat. Mita tidak hanya untuk bahan bakar ketika memasak, tapi juga untuk penerangan rumah di malam hari,” terang Legislator dari PAN ini. Hal ini dapat dimaklumi, karena masih banyak daerah pedalaman dan pesisir belum menikmati penerangan listrik. Satu-satunya penerangan adalah lampu teplok dari minyak tanah itu sendiri. Di Kecamatan Siding saja, belum mendapatkan pasokan listrik dari PLN. “Setelah program ini terealisasi, Pertamina jangan dulu langsung memutuskan stock minyak tanah ke Bengkayang. Karena, realita dilapangan terutama daerah pedalaman dan pesisir akan kesulitan untuk segera terpenuhi kebutuhan gasnya, sebab masih belum ada Stasiun Pengisian Bahan Bakar Elpiji (SPBE),” sarannya. Perlu diketahui, Kabupaten Kubu Raya, Kota Pontianak, dan Kabupaten Pontianak, di masyarakat justru muncul gejolak. Terutama masyarakat kecil. Mereka jelas teriak, karena minyak tanah yang biasanya gampang didapat tiba-tiba hilang di pasaran. Kalau pun ada harganya dua atau tiga kali lipat dari harga biasanya mereka beli. (cah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar