SURAT KEPUTUSAN

SURAT KEPUTUSAN
SK DARI MENTERI PERTAHANAN DAN KEAMANAN RI

Senin, 29 November 2010

Warga Sungkung Miliki KTP Malayisa

BENGKAYANG. 65 tahun Indonesia merdeka, dan 11 tahun sudah Bengkayang menjadi kabupaten. Namun, akses jalan yang ada di Kecamatan Siding masih amat sangat memperihatinkan. Karena akses ke Malaysia lebih baik di bandingkan ke kecamatan yang ada di Indoensia, banyak warga Sungkungbekerja di negeri jiran dan membuat KTP Malaysia untuk keamanan masuk dan keluar Malaysia. Egarius, Anggota DPRD Bengkayang mengatakan, apabila melihat hasil pembangunan antara jaman penjajahan Belanda dan saat ini setelah Indonesia merdeka, lebih enak masih di jajah oleh kolonial Belanda. “Saat Indonesia masih di jajah Belanda, telah dibangun jalan padat karya oleh Belanda walaupun dalam pengerjaannya dengan sistem Rodi. Masyarakat Sungkung merasa, setelah Indoensia merdeka tidak pernah diperhatikan,” ungkap legislator Demokrat dari dapil III ini, Jumat (26/11). Egarius menjelaskan, masyarakat Kecamatan Siding merasa dianaktirikan oleh pemerintah. Sampai saat ini, belum terealisisi untuk membuat jalan di daerah perbatasan. Akses jalan lebih baik menuju Malaysia dibandingkan ke kecamatan lain yang ada di Bengkayang. “Hampir 50 persen warga Sungkung memiliki KTP ganda yakni dari Indonesia dan Malaysia. Hal ini dilakukan untuk memudahkan mereka untukmasuk ke negara jiran saat mencari nafkah di sana dengan aman dan tidak tertangkap,” bebernya. Banyak masyarakat Sungkung bekerja di Malaysia, segala barang kebutuhan seperti sembilan bahan pokok pun banyak berasal dari negeri jiran. Untuk menjual hasil pertanian pun kebanyakan masyarakat Sungkung lebih memilih ke Malaysia dan Kabupaten Sanggau Kapuas dibandingkan ke Kabupaten Bengkayang. Alasan akses jalan tidak ada menjadi faktor utamanya. Parahnya, warga di Sungkung pada khususnya dan Kecamatan Siding umumnya yang tidak bersekolah masih banyak tidak tahu menyanyikan lagu Indonesia Raya. Mereka lebih hafal untuk menyanyikan lagu kebangsaan Malaysia. Yang hafal menyanyikan lagu Indonesia Raya hanya yang telah bersekolah saja. ironisnya, nama pemimpin seperti Bupati, Gubernur sampai ke Presiden aja mereka tidak tahu. Masyarakat disana lebih mengenal ringgit dibandingkan rupiah. Latar belakang tidak pernah diperhatikan oleh pemerintah merupakan faktor utama mereka begitu. (cah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar